Senin, 13 Januari 2014




Syekh Abdurrahman Siddiq Albanjary Mufti Indragiri. Beliau lahir di Martapura, Kalimantan Selatan pada tahun 1857 M/1284 H. Nama lengkapnya Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Afif bin Jamaludin Albanjary. Kata "Siddiq" dibelakang nama beliau adalah gelar yang diberikan guru beliau, Syekh Bhakti satha AlMakki karena tatkala Syekh Abdurrahman mengeluarkan fatwa hukum, fatwa nya selalu tepat dan benar. Dilihat dari silsilah keturunan ayahnya, Muhammad Afif, beliau masih keluarga Sultan Banjar, Sedangkan Ibunya Siti Shapura merupakan keturunan dari seorang ulama besar asal Banjar Syekh Muhammad Arsyad Albanjary. Namun jika ditelaah lebih jauh maka akan dapat diketahui bahwasanya baek dari silsilah ibu maupun ayah, Syekh Abdurrahman Siddiq merupakan keturunan langsung dari Syekh Muhammad Arsyad dari perkawinanya dengan Putri Bajut. Ibu beliau Siti Shapura wafat tatkala ia masih kecil, dan selanjutnya Abdurrahman kecil di asuh oleh makciknya (saudara ibunya) Siti Saidah. Sedangkan ayahnya, Muhammad Afif, tidak lama setelah kematian Siti Shapura beliau kemudian merantau ke Pulau Bangka di Sumatra. Dari Siti Saidah lah Abdurrahman kecil banyak belajar ilmu agama, karena Siti Saidah juga merupakan wanita yang dihormati dikampungnya karena ilmu agamanya. Pada umur delapan tahun Syekh Abdurrahman Siddiq telah khatam Al-qur'an dan pada usia belasan tahun telah sangat banyak kitab-kitab agama dalam berbagai bidang yang telah dipelajari oleh Syekh Abdurrahman Siddiq baek dari Siti Saidah maupun dari para ulama laen yang berada di tanah Banjar. Disamping mempelajari agama, beliau juga belajar bertukang emas dengan pamanya, Muhammad Arsyad. Kepandaian Syekh Abdurrahman Siddiq bertukang emas sangat terkenal bahkan melibihi pamanya yang juga sangat dikenal di Banjar ketika itu. Dari Kepandaiannya bertukang emas inilah akhirnya pada tahun 1310 H, syekh Abdurrahman Siddiq kemudian melaksanakan Niatnya untuk mendalami agama di Mekah. Selama berguru lebih kurang lima tahun Di Mekah, kemudian beliau muqim di Madinah dua tahun. Namun setelah itu beliau kembali ke Mekah dan dipercaya untuk mengajar di Masjidil Haram. Adapun kawan-kawan beliau yang sama belajar di Mekah pada waktu itu, diantaranya ialah Syekh Mukhtar Bogor, Syekh Nawawi AlBanteni, Syekh Utsman Mufti Betawi, Syekh Hasyim 'Asy'ari Jombang,dan lain-lain. Setelah sekian lama di Mekah, oleh gurunya karena Syekh Abdurrahman Siddiq telah dianggap mempuni dan lebih dibutuhkan oleh masyarakat jawi,akhirnya beliau kembali ke Indonesia. Setelah kepulanganya itu, beliau sempat ke Betawi dan ditawarkan menjadi Mufti di sana,namun beliau menolak, begitu juga halnya tatkala beliau ke Singapura, lagi-lagi beliau menolak. Namun pada akhirnya beliau memilih untuk muqim di Indragiri setelah diminta oleh masyarakat Indragiri, dan akhirnya oleh Sultan Mahud Indragiri, beliau diangkat menjadi Mufti kerajaan. Sebelum muqim di Indragiri, Syekh Abdurrahman Siddiq juga mengajar di Pulau Bangka, tempat ayahnya tinggal dan Kampung Halamannya Kalimantan selama beberapa tahun. Sebagai ulama besar yang kharismatik, beliau berperan besar dalam kehidupan agama maupun sosial masyarakat Indragiri. Beliau lah orang pertama yang mendirikan pesantren atau madrasah di Indragiri yang berpusat di kampung Hidayat Sapat tempat muqim beliau. Beliau lah juga orang pertama yang membuka lahan perkebunan kelapa rakyat di Indragiri, disamping itu tentu saja beliau adalah pemimpin (mufti) kesutanan Indragiri dalam urusan agama. Sebagai tokoh Islam, beliau juga mengarang beberapa kitab dalam berbagai bidangny, seperti Tashawuf, Tauhid, Fiqh, Sastra, Sejarah dan lainnya. Diantara kitab hasil karya Syekh Abdurrahman Siddiq Albanjary yang diketahui ialah seperti,, Risalah Amal Ma'rifat (1329 M), Risalah fi Aqaidil Iman (1335 H), Asraris sholah min 'iddatul qutubul muktabarat (1931 M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar